Puisi : Kau Seharusnya



Seekor ayam betina sangat tahu

bagaimana cara membendung cinta

supaya tetap hangat.

Sekali pun bunga liar

ia tidak tumbuh tanpa pantauan matahari.

Dimanakah kau dapat memetik

hasil yang paling baik?


Siapa yang tahu

bagaimana kuda bisa menolak untuk tidak terantuk.

Ini yang terjadi,

senja harus rela ditelan malam

agar cahaya pagi dapat kembali.

Kerak yang hangat dan nyaman itu harus pecah

agar kita dapat menggenggam matahari.



Penfui, Desember 2018

*Drey Arun

Puisi : Judul yang hilang

Si pengarang lupa dimana penanya

saat sedang menyusuri kota tua.

Sial,

kabutnya berhamburan

memakan garis dan kata

yang pernah ia lukiskan.

Kami pernah kesana sebelumnya

melewati lorong-lorong gelap

dan alun-alun kota yang sepi

tetapi kami kembali

karena kami pecahkan rahasia itu.

Bagaimana dengan si pengarang?

Sepertinya ia melupakan sesuatu.


Si Pengarang : Ah, dimana judulku?



Penfui, Desember 2018

*Drey Arun

Puisi : Kartini

 

(Murid Kelas 3 SDK Mercedaria sebagai kelompok R. A. Kartini
mengikuti Upacara Pembuka Perlombaan
Menyongsong HARDIKNAS 2 Mei 2023)


Perempuan yang terbelit tradisi, tapi
tidak dengan aspirasinya,

lahir dari keluarga bangsawan, menunggu
'dipingit' jadi ibu rumah tangga,
Kartini diam-diam merekah sayap
dari sekumpulan surat
dan dari lembar kertas buku-buku, agar
suatu saat mimpinya dapat diusung tinggi.

Perempuan yang terbelit tradisi, tapi
tidak dengan aspirasinya,

menyusun buku-buku jadi pijakan, tempat
ia melangkah membawa perjuangan, dari
jendela pengetahuan menuju harapan banyak orang.
Bukan Wonder Woman, ia seorang
pejuang wanita dengan pena dan kertas, di kala
itu adalah kesempatan, dan
harapan wanita pribumi 
mendapat persamaan haknya.

Perempuan yang terbelit tradisi, tapi
tidak dengan aspirasinya,

membaca dan membaca lagi
menuliskan harapan
hingga akhirnya, ia
perempuan pemberani yang berdiri sampai akhir
puteri sejati, puteri Indonesia, ia
adalah Pahlawan 
yang memperjuangkan Emansipasi



21 April 2023

(Demi menghidupkan semangat belajar, membaca dan menulis, anak-anak perlu dikenalkan pada tokoh Pahlawan yang menginspirasi)
 
*Drey Arun

Puisi : Maret

Dengan ribuan penat di kepala

seperti sudah dikeramas

namun saja masih lengket dengan masalah

Aku bertanya pada Maret, sudahkan

lekas menua siap diusung, mungkin

piluh masih masam, kala pundak terus

merunduk, namun lutut kuat tersanggah

menunggu matahari terbenam.


Maret yang malang,

kita berdua tahu, ini

tidak mudah disingkap, apalagi

dilerai, biar pun begitu, 

kenyataan dan rasa sakit hanyalah

membuat kita terus tumbuh dari hari ke hari.


Gerimis, hujan dan badai, sebagai

pertanda perjumpaan lagi

semoga langit memberikan keiklasan, untuk

Aku bertemu lagi,

dengan kepala yang ringan, 

tubuh yang kokoh dan

pundak yang tegap dan keringat bercucuran

bahkan lutut yang kuat, berdiri

dan menyambutmu Maret.



Batuputih, Maret 2023

Drey Arun