Drey Arun
Artikel, Resensi, Satra
Puisi : Pada Suatu Malam
Hi, saya Drey Arun. Disini saya menulis artikel perjalanan, resensi film dan karya sastra.
Puisi : Mangata
Kupilih malam
biar pekat dengan rahasia.
Biar tawa tak lagi ganas
diredam gelap gulita.
Khusuk doamu mungkin tak terdengar
keluar jendela, selagi tangis
setia menjadi pelengkap kata-kata.
"Ingatlah Mangata,
tempat ternyaman untuk kembali adalah
kerelaan yang mengantarmu pulang
bekalmu doa dan harapan
jalanmu ialah pertobatan."
*Drey Arun
Hi, saya Drey Arun. Disini saya menulis artikel perjalanan, resensi film dan karya sastra.
Dan di sinilah kami, Padang Savana Humon Lelogama
Kata mitos, "jika sebuah rencana perjalanan selalu dibicarakan maka perjalanan itu tidak akan terjadi".
Dan tiba-tiba kami diajak dalam sebuah perjalanan, bertualang di alam bebas. Alhasil, kata 'gasss' menjadi pilihan setiap kami sebagai tanda setuju.
Hari itu ditengah kesibukan pekerjaan, kami memutuskan untuk melepas penat dengan healing sebentar bersama rekan-rekan kerja dan teman-teman mahasiswa PPG semester akhir yang sedang melangsungkan kegiatan sosialisasi di sekolah kami.
Surga tersembunyi di Lelogama
Tempat tujuan perjalanan hari ini adalah Padang Savana Humon Lelogama. Perjalanan ini merupakan suatu kegembiraan tersendiri bagi kami yang belum pernah menjejaki tanah itu. Apalagi yang berkali-kali menyusun rencana tapi gagal. Hahaha..
Padang Savana Humon terletak di Lelogama sebuah desa kecil di Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Padang Savana Humon juga sering disebut Bukit Teletubbies-nya Kabupaten Kupang. Tempat ini merupakan destinasi wisata alam dengan pesona perbukitan yang menyerupai bukit-bukit dalam film serial anak-anak berjudul Teletubbies.
Perjalanan menuju Padang Savana
Perjalanan kami dimulai dari Oesusu bersama dengan rombongan menggunakan mobil terbuka (pic up) agar menambah keseruan dalam perjalanan, sehingga tawa lepas kami bebas pecah dan setiap indahnya pemandangan tak terlewatkan mata. Setelah semuanya siap kami pun berangkat. Sekitar pukul 14.00 WITA kami melaju menuju Lelogama.
Melewati daerah yang baru pertama kali dikunjungi membuat mata kami tak berkedip terkesima dengan berbagai pemandangan. Rumah-rumah penduduk berjejeran di kanan dan kiri jalan. Sawah yang mulai menguning dan kebun-kebun yang penuh tanaman. Selepas itu, kami menikmati pemandangan pepohonan kelapa yang menjulang tinggi dan pohon-pohon pinang di sepanjang jalan.
Sesampainya di desa Kauniki, ada sebuah gunung batu yang menjulang tinggi, seakan lelogama menyambut kedatangan kami. Sampai disini, angin sejuk mulai menyapa lembut dan udara yang dihirup seakan memberi ketenangan. Selain itu aneka buah-buahan yang dijual seperti kujawas, sirsak, dan anonak mencuri pandang disepanjang jalan yang bisa menjadi jajanan segar dalam perjalanan.
Setelah itu laju mobil kami memasuki kawasan hutan Anpupu yang sejuk dan tenang. Pohon-pohon besar san tinggi membuat kesan perjalanan tampak estetik dan menawan. Dan tak kalah dibuat tegang oleh jalan yang menanjak serta berliku-liku pula. Hingga tak sadar sudah hampir sejam perjalanan.
Dan Disilah Kami
Dan sampailah kami di Padang Savana Humon Lelogama atau yang dikenal juga sebagai Bukit Teletubbies Lelogama.
Bukit-bukit yang berjejeran sepanjang mata memandang, hamparan rumput hijau, udara yang bersih dan segar serta langit biru yang indah, serasa mengikis habis rasa lelah perjalanan kami.
Masing-masing kami menaiki bukit, meluapkan ekspresi syukur dan kekaguman akan alam dan keindahannya. Kami juga menyaksikan kuda-kuda dan sapi berlarian ke sana kemari di bukit-bukit.
Aku sedikit berlari di depan, menaiki bukit yang paling tinggi menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, sambil merekahkan senyum kebebasan.
Dan disinilah kami, Padang Savana Humon Lelogama.
Hi, saya Drey Arun. Disini saya menulis artikel perjalanan, resensi film dan karya sastra.
Puisi : Kau Seharusnya
Seekor ayam betina sangat tahu
bagaimana cara membendung cinta
supaya tetap hangat.
Sekali pun bunga liar
ia tidak tumbuh tanpa pantauan matahari.
Dimanakah kau dapat memetik
hasil yang paling baik?
Siapa yang tahu
bagaimana kuda bisa menolak untuk tidak terantuk.
Ini yang terjadi,
senja harus rela ditelan malam
agar cahaya pagi dapat kembali.
Kerak yang hangat dan nyaman itu harus pecah
agar kita dapat menggenggam matahari.
Penfui, Desember 2018
*Drey Arun
Hi, saya Drey Arun. Disini saya menulis artikel perjalanan, resensi film dan karya sastra.
Puisi : Judul yang hilang
Si pengarang lupa dimana penanya
saat sedang menyusuri kota tua.
Sial,
kabutnya berhamburan
memakan garis dan kata
yang pernah ia lukiskan.
Kami pernah kesana sebelumnya
melewati lorong-lorong gelap
dan alun-alun kota yang sepi
tetapi kami kembali
karena kami pecahkan rahasia itu.
Bagaimana dengan si pengarang?
Sepertinya ia melupakan sesuatu.
Si Pengarang : Ah, dimana judulku?
Penfui, Desember 2018
*Drey Arun
Hi, saya Drey Arun. Disini saya menulis artikel perjalanan, resensi film dan karya sastra.
Puisi : Kartini
Hi, saya Drey Arun. Disini saya menulis artikel perjalanan, resensi film dan karya sastra.
Puisi : Maret
Dengan ribuan penat di kepala
seperti sudah dikeramas
namun saja masih lengket dengan masalah
Aku bertanya pada Maret, sudahkan
lekas menua siap diusung, mungkin
piluh masih masam, kala pundak terus
merunduk, namun lutut kuat tersanggah
menunggu matahari terbenam.
Maret yang malang,
kita berdua tahu, ini
tidak mudah disingkap, apalagi
dilerai, biar pun begitu,
kenyataan dan rasa sakit hanyalah
membuat kita terus tumbuh dari hari ke hari.
Gerimis, hujan dan badai, sebagai
pertanda perjumpaan lagi
semoga langit memberikan keiklasan, untuk
Aku bertemu lagi,
dengan kepala yang ringan,
tubuh yang kokoh dan
pundak yang tegap dan keringat bercucuran
bahkan lutut yang kuat, berdiri
dan menyambutmu Maret.
Batuputih, Maret 2023
Drey Arun
Hi, saya Drey Arun. Disini saya menulis artikel perjalanan, resensi film dan karya sastra.












