Dari debu,
dan dalam diam yang sejati
berjuta pasang mata bersalam
namun rindu hanya berlaku bagi Dia
dan sebagian aku.
Cinta yang lemah hanyalah pedang
dan oleh debu kini ia berkarat.
Luka basah memang sembuh
lagi meninggalkan bekas
dan kembali dalam diam.
Bersama debu,
dan dalam diam yang pekat,
langit masih sama
namun matahari kini redup
dan bumi mengkerut
diserap mesin yang disebut manusia
di tiap selangkangan kota
yang gelap dan amis.
Ribuan tawa menggelegar
pencuri mengambil habis tangis mereka
sehingga lupa jati dirinya sendiri
dan lagi dalam diam.
Kembali kepada debu,
dan dalam diam yang khusyuk,
rindu memberontak menusuk suksa.
Jiwa yang berkelana lupa menepi
kehilangan suasana rumah masa kecil.
Aku tersungkur bersama diam
yang larut mengatup doa
dan kemudian luruh bersama debu.
Penfui, 28 Februari 2020
( Drey Arun )
