Puisi : Peziarahan Debu

 

 (Picture by Drey Arun)


Dari debu,

dan dalam diam yang sejati

berjuta pasang mata bersalam

namun rindu hanya berlaku bagi Dia

dan sebagian aku.

Cinta yang lemah hanyalah pedang

dan oleh debu kini ia berkarat.

Luka basah memang sembuh

lagi meninggalkan bekas

dan kembali dalam diam.


Bersama debu,

dan dalam diam yang pekat,

langit masih sama

namun matahari kini redup

dan bumi mengkerut

diserap mesin yang disebut manusia

di tiap selangkangan kota 

yang gelap dan amis.

Ribuan tawa menggelegar

pencuri mengambil habis tangis mereka

sehingga lupa jati dirinya sendiri

dan lagi dalam diam.


Kembali kepada debu,

dan dalam diam yang khusyuk,

rindu memberontak menusuk suksa.

Jiwa yang berkelana lupa menepi

kehilangan suasana rumah masa kecil.

Aku tersungkur bersama diam

yang larut mengatup doa

dan kemudian luruh bersama debu.


Penfui, 28 Februari 2020

( Drey Arun )

Puisi : Februari

 

Dengan sekujur yang basah kuyup

di antara pagi, siang

dan juga malam

kami masih berharap

lekas pergimu

berkah

masih tetap tumpah ruah

dan tertinggal.


Sejumlah hari yang basah,

saling hitungan

berkumpul dan berunding

Siapa yang paling kuat

diterpah dengan deras,

paling siap dirasuki

dingin dan lembab,

paling tegar disusupi

gemuruh dan badai, 

dan paling tangguh

menanti datangnya Maret.


7 Februari 2023

( Drey Arun )